Senin, 19 Januari 2015

Kemunculan Jokowi sebagai Presiden Pilihan Rakyat

 “Kemunculan Jokowi sebagai Presiden Pilihan Rakyat”
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kepemimpinan dan Pengambilan Keputusan dengan dosen pengempu
Prof.Dr. Hj. Tjutju Yuniarsih, SE, M.Pd dan Adman, S.Pd, M.Pd.
-  Mengenal Lebih Dekat Kepemimpinan dan Kebijakan Joko Widodo  -
Oleh  Ade Nurcahya
Pendidikan Manajemen Perkatoran
Email : ade.nurcahya@student.upi.edu
 Universitas Pendidikan Indonesia

Abstrak:
Dalam artikel ilmiah ini akan dibahas tentang gaya kepemimpinan presiden Joko Widodo, dilihat dari beberpa aspek. Visi dan misi untuk membangun Indonesia Hebat dan perbaikan pelanyanan masyarakat dengan membentuk kabinet kerja. Gaya kepemimpinan presiden Jokowi ini juga ambil dari kepemimpinan sebelumnya sebagai walikota Solo dan gubernur DKI Jakarta, Pertama mari kita mengenal lebih dekat kehidupan masa lalu jokowi sebagai rakyat kecil yang mencoba bangkit untuk merubah kehidupannya dan kehidupan masyarakat disekitarnya di sini kita dapat melihat kepribadian serta sifat beliau dalam memimpin.
gaya kepemimpinan jokowi yang mau mendengarkan dan mau merasakan penderitaan masyarakat menjadikan beliau sebagai pemimpin yang di kenal masyarakat langkahnya selalu menjadi perhatian dan kebijakan-kebijakannya yang dinilai berani ini pun membuat banyak masyarakat yang pro terhadap jokowi dan berharap bahwa dengan terpilihnya sebagai presiden bisa membawa harapan bangsa Indonesia menjadi lebih baik, kesejahteraan, pendidikan, kesehatan dan keamanan menjadi dambaan masyarakat, akan tetapi sebagian masyarakat juga banyak yang kontra terhadap kebijakan dan kepemimpinan jokowi ini karna dinilai terlalu banyak pencitraan dalam bekerja serta dalam pengambilan keputusan terlalu terburu-buru dan kurang sosialisasi. Beberapa kebijakan yang diambil beliau juga akan dibahas berikut kepuasan masyarakat terhadap presiden Jokowi, seperti pasca kebijakannya untuk menaikan haraga BBM bersubsidi juga mengakibatkan menurunnya kepuasan masyarakat terhadap jokowi sehingga hanya menjadi 44,94 % (Lembaga Survey Indonesia).  

Kata kunci : Biografi, Gaya Kepemimpinan, Kebijakan, Visi dan Misi, Kontroversi




1.      Profil Jokowi
Ir. H. Joko Widodo atau yang akrab disapa Jokowi adalah Presiden Indonesia ke-7 yang menjabat sejak 20 Oktober 2014. Dia terpilih bersama Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla dalam Pemilu Presiden 2014.
Lahir               : Surakarta, 21 Juni 1961 (53 tahun)
Pasangan        : Iriana Joko Widodo (1986)
Partai              : PDIP
Pendidikan     : Universitas Gadjah Mada (1985)
Anak               : Kaesang Pangarep, Kahiyang Ayu, Gibran Rakabuming Raka
Orang tua       : Noto Mihardjo, Sujiatmi Notomihardjo
Akun Twitter : @jokowi_do2
Email               : jokowi@indo.net.id

2.      Biografi Jokowi
Di sini penulis ingin memberikan sedikit historis kehidupan bapak Joko Widodo yang di kutip dari berbagai sumber untuk memberikan gambaran tentang kehidupan masa kecil presiden Indonesia ke-7 ini sebagai seorang presiden pilihan rakyat, mengenal lebih dekat kehidupan bapak jokowi kecil sampai sekarang untuk memberikan gambaran sikap, sifat dan prilaku beliau sebagai seorang yang lahir dari rakyat dan mengabdi untuk rakyat, jejak kepemimpinan beliau sewaktu masih menjadi walikota solo dan juga gubernur DKI Jakarta juga akan sedikit di bahas.
Masa kecil Jokowi bukanlah orang yang berkecukupan, bukanlah orang kaya. Dia anak tukang kayu bernama Noto Mihardjo, kehidupnya amat prihatin, dia besar di sekitar Bantaran Sungai. Dia tau bagaimana menjadi orang miskin dan rakyat kecil.
Bapaknya penjual kayu di pinggir jalan, sering juga menggotong kayu gergajian. Ia sering ke pasar, pasar tradisional dan berdagang apa saja waktu kecil. Dia melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana pedagang dikejar-kejar aparat, diusiri tanpa rasa kemanusiaan, pedagang ketakutan untuk berdagang. Ia prihatin, ia merasa sedih kenapa kota tak ramah pada manusia.
Sewaktu SD dia berdagang apa saja untuk dikumpulkan biaya sekolah, dia mandiri sejak kecil tak ingin menyusahkan bapaknya yang tukang kayu itu. Dia mengumpulkan uang receh demi receh dan dia celengi di tabungan ayam yang terbuat dari gerabah. Kadang dia juga mengojek payung, membantu ibu-ibu membawa belanjaan, dia jadi kuli panggul. Sejak kecil dia tau bagaimana susahnya menjadi rakyat kecil, tapi disini ia menemukan sisi kegembiraannya.
Dia berangkat sekolah dengan berjalan kaki. Dia sering melihat suasana kota, di umur 12 tahun dia belajar menggergaji kayu, meski tangannya pernah terluka saat menggergaji, tapi ia senang dan ia gembira menjalani kehidupan itu, baginya “Luwih becik rengeng-rengeng dodol dawet, tinimbang numpak mercy mbrebes mili”. Keahliannya menggergaji kayu inilah yang kemudian membawanya ingin memahami ilmu tentang kayu.
Setelah beranjak dewasa dia berangkat ke Yogyakarta, dia diterima di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, jurusan kehutanan. Dia mempelajari dengan tekun struktur kayu dan bagaimana pemanfaatannya serta teknologinya. Di masa kuliah dia menjalani dengan amat prihatin, karena biaya hidup yang serba kekurangan. Dia kuliah sambil kerja sana sini untuk biaya makan, dia sampai lima kali pindah kostan karena tak mampu membayar biaya kostan dan mencari yang lebih murah.
Hidup dengan prihatin membawanya pada situasi disiplin, Jokowi mampu menerjemahkan kehidupan prihatinnya lewat bahasa kemanusiaan, bahwa dalam kondisi susah orang akan menghargai tindakan-tindakan manusiawi, disinilah Jokowi belajar untuk rendah hati.
Setamat kuliah dia tetap menjadi tukang gergaji kayu, tapi dia sudah memiliki wawasan, dia melihat industri kayu berkembang pesat sehingga dia mulai mendalami industry mebel. Disini dia pertaruhkan segalanya, rumah kecil satu-satunya milik bapaknya dia jaminkan ke Bank. Dia berhasil membangun sebuah bengkel mebel dengan gedek disamping pasar yang kumuh dan berhasil dikembangkan. Ia menangis ketika pekerja-pekerjanya bisa makan, dia berani mengambil resiko untuk berhasil.
Suatu saat ia kedatangan orang Jerman bernama Micl Romaknan, orang Jerman ini kebetulan tidak membawa grader (ahli nilai) kayu, ia ngobrol dengan Jokowi, kata orang Jerman itu : “Wah, di Jepara saya ketemu orang namanya Joko, baiklah kamu kunamakan saja Djokowi, kan mirip Djokovich” akhirnya terciptalah sebuah nickname Jokowi yang melegenda itu.
Perkembangan bisnisnya bagus, dia dipercaya karna dia jujur, orang Jerman suka dengan orang yang jujur dan pekerja keras, Jokowi hanya tidur 3 jam sehari, selebihnya adalah kerja. Dia tak pernah makan uang dari memeras atau pungli, dia makan dari keringatnya sendiri. Dengan begitu hidupnya berkah. Jokowi berhasil mengekspor mebel puluhan kontainer dan dia berjalan-jalan di Eropa.
Tidak seperti kebanyakan orang Indonesia yang mengunjungi Eropa dengan cara hura-hura atau foto sana, foto sini tanpa memahami hakikat masyarakatnya. Jokowi di Eropa berpikir reflektif. “Kenapa kota-kota di Eropa, kok sangat manusiawi, sangat tinggi kualitasnya baik kualitas penghargaan terhadap ruang gerak masyarakat sampai dengan kualitas terhadap lingkungan” lama dia merenung ini, akhirnya ia menemukan jawabannya “Ruang Kota dibangun dengan Bahasa Kemanusiaan, Bahasa Kerja dan Bahasa Kejujuran”. Tiga cara itulah yang kemudian dikembangkan setelah dia menduduki jabatan di Solo.
Setelah sukses dalam bisnis, dia mencoba masuk ke dalam dunia politik, awalnya tidak dipercaya, karena sosoknya lebih mirip tukang becak alun-alun kidul ketinimbang seorang yang gagah yang hebat, dalam masyarakat kita, sosok dengan ‘bleger’ yang besar lebih diambil hati ketimbang orang dengan sosok kurus, ceking dan tak berwibawa itulah yang dialami Jokowi, tapi beruntung bagi Jokowi, saat itu masyarakat Solo sedang bosan dengan pemimpin lama yang itu itu saja, mereka mencoba sesuatu yang baru. Akhirnya Jokowi menang tipis.
Masyarakat mempercayainya dan dia menjawabnya dengan “Kerja” dia siang malam bekerja untuk kotanya, dia datangi tanpa lelah rakyatnya, ia resmikan gapura-gapura pinggir jalan, dia hadir pada selamatan-selamatan kecil, dia terus diundang bahkan untuk meresmikan pos ronda sebuah RW sekalipun. Dia bekerja dari akarnya sehingga dia mengerti anatomi masyarakat.
Suatu hari Jokowi didatangi Kepala Satpol PP. Kepala Satpol itu meminta pistol karena ada perintah pemberian senjata dari Mendagri. Jokowi meradang dan menggebrak meja “Gila apa aku menembaki rakyatku sendiri, memukuli rakyatku sendiri…keluar kamu…!!” kepala Satpol PP itupun dipecat dan diganti dengan seorang perempuan, pesan Jokowi pada kepala Satpol PP perempuan itu “Kerjalan dengan bahasa cinta, kerna itu yang diinginkan setiap orang terhadap dirinya, cinta akan membawa pertanggungjawaban, masyarakat akan disiplin sendiri jika ia sudah mengenal bagaimana ia mencintai dirinya, lingkungan dan Tuhan. Dari hal-hal inilah Jokowi membangun kota-nya, membangun Solo dengan bahasa cinta.
Apakah di Jakarta ia tak bakalan mampu? banyak yang nyinyir bahwa Solo bukan Jakarta. Tapi apa kata Jokowi “Hidup adalah tantangan, jangan dengarkan omongan orang, yang penting kerja, kerja dan kerja. Kerja akan menghasilkan sesuatu, sementara omongan hanya menghasilkan alasan”. Jokowi berangkat dalam alam paling realistisnya. Kepemimpinan yang realistis, bertanggung jawab dan kredibel.
3.      Visi dan Misi Presiden Jokowi-JK pada masa pencalonan
Inilah visi dan misi Jokowi jika terpilih menjadi Presiden RI 2014 ini. Visi dan misi Jokowi dalam melaksanakan roda pemerintahan saat menjadi presiden nanti. Visi misi ini dilakukan demi mempercepat kemajuan dan memperbaiki sistem di negeri ini yang sudah karut marut.
Seperti dalam dokumen yang diberikan kepada Komisi Pemilihan Umum saat pemilu presiden lalu, visi misi Jokowi-Jusuf Kalla diberi judul "Jalan Perubahan untuk Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian'". Visi misi tersebut dimulai dengan memaparkan tiga masalah utama bangsa, yaitu "merosotnya kewibawaan negara", "melemahnya sendi-sendi perekonomian nasional", dan "merebaknya intoleransi dan krisis kepribadian bangsa". Selanjutnya, mereka menyatakan akan menggunakan Pancasila dan Trisakti sebagai panduan. Dengan 12 agenda strategis untuk mewujudkan kedaulatan politik Indonesia, 16 agenda strategis untuk kemandirian ekonomi, dan 3 agenda strategis untuk Indonesia yang berkepribadian dalam kebudayaan, dengan 9 agenda di antaranya menjadi agenda prioritas. 
Sementara itu, dalam dialog langsung dengan presenter Metro TV Prisca Niken pada malam tanggal 24 Mei 2014, Jokowi juga menyatakan bahwa visi misinya adalah "revolusi mental dari negativisme menjadi positivisme", karena menurutnya Indonesia seringkali tidak percaya diri dalam menghadapi tantangan zaman walaupun Indonesia adalah negara yang besar.
Di media, Joko Widodo pernah menyatakan bahwa kebijakan ekonomi Indonesia perlu difokuskan pada dua sektor, yaitu pertanian dan energi. Menurutnya, "ke depan, kita sebagai perusahaan, korporasi, atau negara sebaiknya punya program utama, apa yang mau kita fokuskan. Negara kita hanya ada dua yang harusnya kita fokuskan: pertanian, sehingga terjadi kedaulatan pangan dan kedua, energy”. Jokowi berpendapat bahwa kebijakan pertanian Indonesia tidak maksimal karena pemerintah tidak mengoptimalkan kebijakan pada sektor pertanian dan kelautan. Ia juga meyakini bahwa alokasi anggaran untuk perguruan tinggi dan penelitian pertanian perlu ditingkatkan untuk menuai hasil yang optimal.
Jokowi juga menyatakan bahwa Indonesia perlu menghentikan impor sapi dan mulai beralih menjadi produsen untuk mencapai swasembada sapi. Namun, ia tidak memaparkan bagaimana pembatasan impor sapi dapat menstabilkan harga daging sapi di pasaran atau bagaimana pemerintah seharusnya menggenjot produksi daging sapi nasional.
Perihal pendidikan, Jokowi mengatakan bahwa pendidikan adalah modal dasar pembangunan manusia. Menurutnya, revolusi mental perlu diawali dari dunia pendidikan. Maka dari itu, ia mengusulkan agar di Sekolah Dasar 80 persen pendidikan karakter, sementara 20 persen untuk pengetahuan. Jokowi juga mengungkapkan bahwa di Sekolah Menengah Pertama jatah untuk pendidikan karakter diturunkan menjadi 60% dan pengetahuan dinaikkan menjadi 40%, sementara di Sekolah Menengah Atas, pendidikan karakter menjadi 20%, dan pengetahuan menjadi 80%.
Untuk meningkatkan efektivitas, mengurangi biaya, dan mengatasi masalah kesenjangan harga antara pulau Jawa dengan pulau-pulau lainnya, Jokowi memiliki visi untuk membangun "tol laut", yaitu pengadaan kapal-kapal besar pengangkut barang ke seluruh pelosok Indonesia, dengan intensitas keberangkatan setiap hari. Ia juga mengungkapkan niatnya untuk membangun rel kereta api ganda di setiap pulau di Indonesia.

4.      Gaya Kepemimpinan Jokowi
Penulis disini akan sedikit membahas dan menganalisis beberapa gaya kepemimpinan Jokowi serta pandangan tentang kepemimpinan Jokowi sebagai presiden pilihan rakyat. Sebagai seorang pemimpin yang dikenal masyarakat khususnya bagi warga kota solo dan jakarta, kepribadian menyenangkan menjadi salah satu modal kepemimpinannya. Kepribadian yang terbentuk dari pendidikan, lingkungan keluarga, dan pengalamannya dalam dunia bisnis mebel.
Biasanya, seorang pemimpin mempunyai lebih dari satu gaya kepemimpinan. Gaya terkait dengan sikap dan perilaku seorang pemimpin ketika menjalankan kepemimpinannya. begitupun dengan kepemimpinan Jokowi.
Pertama, gaya kepemimpinan transformatif. Dalam pengambilan kebijakan, Jokowi mengajak pihak terkait untuk bicara. Pembicaraan yang dilakukan dengan maksud mewadahi aspirasi secara langsung, terkait kebijakan yang akan diterapkan.
Branding Kota Solo sebagai Kota Investasi dapat memotivasi warga untuk berkarya, baik melalui karya seni atau produk. Konsep ABG (Akademisi, Bisnismen, Goverment) menjadi grand design membangun iklim investasi di Kota Solo.
Hal tersebut menjadi cara Jokowi untuk mengubah paradigma warga dan pemerintah kota dalam membangun daerahnya. Akademisi terkait riset, bisnismen yang dimaksud adalah pelaku ekonomi dari pedagang kaki lima hingga perusahaan-perusahaan besar, sementara government adalah pemerintah Kota (Pemkot). Kerja sama tiga pihak merupakan kunci memajukan Kota Solo.
Kedua, gaya kepemimpinan transaksional. Kenapa di katakana seperti itu karna setiap kebijakan yang dikeluarkan Jokowi biasanya disertai iming-iming. Semisal, bila pasar direnovasi, janjinya pasar akan lebih laku dan maju, serta didirikan koperasi pasar. Janji tersebut memang dipenuhi, karena memang iming-iming dapat meredam gejolak penolakan.
Ketiga, gaya kepemimpinan otoriter. Jokowi menerapkan Zero Grow Lock, yaitu mengunci jumlah PKL dalam suatu wilayah. Hal ini dimaksudkan untuk mengendalikan jumlah PKL yang tersebar. Jika ada PKL baru berjualan di wilayah yang sudah dikunci maka akan segera dipindahkan ke wilayah lain, sesuai kebijakan DPP (Departemen Pengelolaan Pasar).
Keempat, gaya kepemimpinan yang low profile sekaligus pencitraan, kepribadian Jokowi yang ramah dan santun terbentuk dari kultur pendidikan UGM sebagai unversitas rakyat pada saat itu dan keluarga. Kesederhanaan lingkungan kampus membentuknya menjadi pribadi yang sederhana, sementara lingkungan keluarga pengusaha mebel membentuk etos kerjanya.
Dengan modal kepribadian ini, Jokowi mampu menangkap momentum dan menempatkan diri pada posisi yang selalu mengangkat namanya. Penulis mengambil contoh ketika Jokowi masih memimpin kota solo. Ketika Banjir melanda Solo, Jokowi segera meluncurkan Esemka, hingga ada celetuk ‘Esemka mobil anti-banjir’ karena peluncurannya menutup berita banjir.
Jika dilihat dari sisi positif, hal ini mampu meredam kecemasan warga terhadap banjir agar isu tidak membesar. Dari sisi negatif, penanganan banjir di Kota Solo pun luput dari pengamatan media. Banjir menjadi langganan tahunan bagi sebagian warga Solo yang tinggal di Kampung Sangkrah, Sewu, Gandekan, dan Semanggi (diambil dari beberapa media masa).
Kelima, gaya kepemimpinan yang mau mendengarkan (Listening), mendengarkan saran atau pendapat orang lain mungkin ciri paling menonjol dalam kepemimpinan Jokowi, baik saran dari narasumber, stakeholders, stafnya, maupun keluhan masyarakat. Mendengar secara aktif, bukan pasif, adalah keterampilan kepemimpinan yang ampuh untuk menunjukkan perhatian kepada masyarakat.
Keenam,  gaya kepemimpinan yang ikut merasakan perasaan atau penderitaan orang lain (Empathy), karakteristik lain kepemimpinan Jokowi yang menonjol. Seperti penulis mengambil contoh ketika terjadi banjir besar Jakarta tahun 2012 lalu, Jokowi langsung terjun ke lokasi bencana. Selain untuk menentukan bantuan yang perlu diberikan, sebagai Gubernur Jokowi juga ikut merasakan penderitaan masyarakat korban banjir. Sewaktu menjabat Walikota Solo, Jokowi pernah mengganti salah seorang Kepala Dinasnya karena dianggap kurang empati terhadap masyarakat.
Ketujuh, gaya kepemimpinan Direction atau arahan kepada pegawai tentang bagaimana bekerja secara professional sering dilakukan Jokowi pada waktu melakukan ‘sidak’ ke lapangan. Kebiasaan ini mampu meningkatkan kinerja pegawai di lingkungan Pemda DKI, terutama dalam melaksakana tugas-tugas pemerintahan dan pelayanan publik. 
Tidak lepas dari banyaknya gaya kepemimpinan Jokowi di atas kepemimpinannya masih di anggap lemah oleh beberapa pengamat dan sebagaian masyarakat karna tidak ada hubungan yang baik antara eksekutif dan legislatif sampai sekarang ini, semua rakyat menilai kepemimpinan Jokowi-JK sangat lemah dalam menciptakan hubungan politik yang bisa bersinergi untuk kepentingan Nasional. Sangat santainya beberapa para pembantu Presiden Jokowi mengingat tantangan bangsa hari ini dan kedepan sungguh sangat berat.
Dan juga banyak yang menilai bahwa pemerintahan jokowi ini masih banyak di pegang oleh partai-partai oposisi bahkan yang cukup menyedihkan adalah beberapa menteri strategis malah dikomando jangan menghadiri panggilan DPR- RI karena kondisi DPR yang masih belum kondusif antara kubu KIH dengan KMP. Sebaiknya pimpinan tertinggi janganlah melakukan agitasi seperti itu untuk memperlemah hubungan komunikasi diantara pilar penting dalam manajemen kenegaraan.
Seperti Menteri Koordinator Bidang Perekonomian yang dipimpin Sofyan Djalil belum menampakkan kinerja yang mendasar dalam bidang perekonomian Nasional, malah nilai rupiah semakin melemah terhadap nilai mata uang asing. Begitu juga dengan menaiknya tingkat inflasi sejak adanya pengumuman BBM bersubsidi naik. Daya serap kredit dibeberapa bank pelaksana semakin melemah dan ini menandakan melemahnya sektor ekonomi riel masyarakat. Akibatnya, banyak bank pelaksana berkonsorsium untuk memodali beberapa perusahaan Investasi Asing (PMA) dan sudah ada yang realisasi puluhan Triliun rupiah. Menurut penulis, apapun itu alasannya, perbankan Indonesia tidak boleh memberikan pinjaman kredit kepada investasi asing. Ini adalah salah satu kelemahan politik ekonomi Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan yang dipimpin oleh Sang Putri Mahkota PDIP Puan Maharani, sangat terlihat tidak memiliki kinerja yang baik dan terbukti ketika banyak permasalahan yang terjadi yang sangat memalukan dalam realisasi yang bisa dimanfaatkan masyarakat terhadap kartu Indonesia sehat (KIS) dan kartu keluarga sejahtera (KKS). Banyak permasalahan dalam data yang digunakan, ternyata data yang digunakan adalah data lama yang memang amburadul pendataannya disinilah titik krusialnya.
Begitu juga Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan yang dipimpin oleh Tedjo Edy Purjianto malah ada blunder tentang pembebasan Pollycarpus yang berdampak terhadap disorotnya kembali titik terang keterlibatan mantan oknum petinggi BIN. Bahkan ada kecurigaan masyarakat dari Kemenkumham Yasona Laoly atas keberpihakannya kepada kubu Agung Laksono versi Munas Ancol Jakarta dalam konspirasi perpecahan Partai Golkar.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman yang dipimpin oleh Indroyono Soesilo hanya terlihat sedikit heboh dalam hal penembakan beberapa kapal nelayan asing yang sekedar ingin menujukkan citra kerjadnya dalam Kabinet Kerja. Akan tetapi perlakuan ini tidak mendasar, jika kita merasuk kedalam semua bidang yang terkait dengan potensi Kemaritiman selama ini. Penulis berpendapat bahwa kapal-kapal asing maling ikan yang ditangkap lebih baik dihibahkan kepada badan koperasi nelayan yang  bisa dijadikan armada tangkap ikan atau rumah sakit terapung. Terlihat nyata adanya Mafia Kemaritiman dimana selama ini, banyak perizinan abu-abu bagi nelayan asing bisa beroperasi di wilayah Indonesia dengan berbendera merah putih. Hebatnya para nelayan asing ini bisa mengeduk kekayaan laut Indonesia dengan bobot kapal yang cukup besar bertahun-tahun lamanya mencuri secara massal kekayaan laut kita. Keterlibatan oknum para petinggi militer terendus dalam pemberitaan media TV dan elektronika dalam mafia kemaritiman ini. Diharapkan Monkokemaritiman ini bisa membongkar mafia ini secara tuntas dan ini merupakan hal mendasar dalam pembangunan Kemaritiman kita.
Menurut penulis hal yang sangat berat adalah menjalankan apa yang dicanangkan Jokowi ketika kampanye dengan Tol Laut dan pengawasan wilayah laut kita dengan drone semua ini tentu akan menyerap dana Negara yang sangat besar. Mungkinkah anggaran-anggaran ini bisa menjadi realisasi dalam APBN-P era Jokowi-JK melihat hubungan politik yang sangat tidak baik antara eksekutif dengan legislatif ?
 Nasi sudah menjadi bubur, mau tidak mau kita sekarang ini dipimpin oleh Jokowi-JK. Gagasan revolusi Mental dan cita-cita Indonesia Hebat, tidak diperlihatkan selama ini oleh kinerja gegap gempita dari “Kabinet Kerja” Jokowi. Kita berharap saat ini dan kedepan adanya perubahan kinerja yang bisa memperlihatkan aura dan semangat Revolusi Mental dan Indonesia Hebat itu. Tulisan ini bermaksud untuk saling ingat mengingatkan agar Indonesia lebih baik lagi menimbang akan realisasinya MEA beberapa waktu dekat ini.

5.      Kebijakan Jokowi
1).    Menaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM)
Kebijakan pemerintahan Jokowi-JK untuk menaikan harga BBM bersubsidi yaitu harga premium yang sebelumnya sebesar Rp. 6500/liter menjadi Rp. 8500/liter, dan harga solar yang sebelumnya sebesar Rp. 5500/liter menjadi 7500/liter menuai pro-kontra di kalangan masyarakat, kebijakannya ini pun sangat disesalkan oleh beberapa kalangan masyarakat meskipun ada pula yang menerimanya dengan pertimbangannya masing-masing, Naik turunnya harga BBM ini ternyata berdampak pula pada naik turunya kepuasan publik terhadap pemerintah. Seperti data yang penulis kutip dari Lembaga Survey Indonesia (LSI) sebagai berikut:
Pasca kenaikan harga BBM, kepuasaan terhadap Jokowi merosot drastis. Saat ini kepuasaan terhadap kepemimpinan Jokowi hanya sebesar 44.94 %. Belum 100 Hari, kepuasaan terhadap pemerintahan Jokowi dibawah 50 %. Ini merupakan warning bagi pemerintahan Jokowi-JK. Mereka yang tidak puas dengan kepemimpinan Jokowi pun cukup besar yaitu sebesar 43.82 %. Dan sebesar 11. 24 % publik menyatakan tidak tahu/tidak jawab.
Demikian salah satu temuan survei Lingkaran Survei Indonesia – Denny JA.
LSI Denny JA kembali mengadakan survei khusus pasca kenaikan harga BBM oleh pemerintahan Jokowi-JK. Survei ini dilakukan melalui quick poll  pada tanggal 18 – 19 November 2014. Survei menggunakan metode multistage random sampling dengan 1200 responden dan margin of error sebesar +/- 2,9 %. Survei dilaksanakan di 33 propinsi di Indonesia. Kami juga melengkapi survei dengan penelitian kualitatif dengan metode analisis media, FGD, dan in depth interview.
Menurunya kepuasaan terhadap kepemimpinan Jokowi  merata di semua segmen masyarakat. Baik mereka yang laki-laki maupun perempuan, tinggal di kota maupun di desa, berpendidikan tinggi maupun rendah, para “wong cilik” maupun masyarakat kelas menengah atas, hanya minoritas yang puas dengan kepemimpinan Jokowi.
Dari hasil riset kualitatif yang dilakukan oleh LSI Denny JA, ada empat alasan yang membuat kepuasaan publik terhadap Jokowi merosot pasca kenaikan harga BBM.  Keempat alasan tersebut antara lain :
1).    Alasan pertama :
Kurangnya prakondisi berupa komunikasi dan sosialisasi pemerintah mengenai alasan menaikan harga BBM. Rasionalitas pemerintah mengenai kondisi mendesak menaikan harga BBM belum selaras dengan rasionalitas publik umumnya. Survei LSI Denny JA menemukan bahwa sebesar 58.45 % publik menyatakan tidak bisa menerima alasan pemerintah menaikan harga BBM.  Hanya 34.10 % publik yang menyatakan bisa menerima alasan pemerintah menaikan harga BBM. Dan sisanya menyatakan tidak tahu/tidak jawab (7.45 %).
2).    Alasan kedua
Bagi publik kenaikan harga BBM akan memicu kenaikan harga kebutuhan pokok dan transportasi. Bagi publik mayoritas naiknya harga BBM akan membuat beban hidup mereka bertambah. Padahal salah satu harapan besar publik terhadap Presiden Jokowi adalah meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.
Sebesar 74.38 % publik menyatakan bahwa kehidupan mereka sehari-hari makin sulit pasca kenaikan harga BBM.  Hanya 11. 51 % menyatakan bahwa kenaikan harga BBM tidak berdampak signifikan terhadap kehidupan sehari-hari mereka.
3).    Alasan ketiga
Publik meragukan kompensasi kenaikan harga BBM akan sampai ke rakyat kecil. Salah satu janji dibalik kenaikan harga BBM adalah dana hasil efisiensi subsidi BBM akan dialihkan untuk pembangunan infrastruktur dan pelayanan publik seperti pendidikan dan kesehatan. Namun publik meragukan bahwa kompensasi itu akan bisa dinikmati oleh mereka. Tingginya korupsi dan budaya birokrasi yang buruk menjadi alasan kekhawatiran publik.
Survei LSI Denny JA menunjukan bahwa sebesar 51.63 % publik tak yakin program kompensasi BBM akan sampai ke masyarakat yang benar-benar membutuhkan. Sedangkan sebesar 37. 25 % menyatakan ya
4).    Alasan keempat
BBM sudah naik sebelum ada program Jokowi yang terasa manfaatnya. Sebesar 62.41 % publik menyatakan bahwa sejak dilantik belum ada program Jokowi yang dirasakan langsung manfaatnya oleh mereka.   Hanya 26. 85 % publik yang menyatakan sudah merasakan manfaat dari kepemimpinan Jokowi.
Pasca pelantikan sebagai presiden, Jokowi masih di sibukan dengan berbagai kegiatan dan kunjungan luar negeri yang padat. Sampai detik sebelum BBM diumumkan naik, belum ada program yang sudah terasa manfaatnya oleh masyarakat. Jokowi memang pernah meluncurkan “tiga kartu sakti” yaitu Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), dan Kartu Indonesia Sehat (KIS), sebelum menaikan harga BBM. Namun peluncuran tiga kartu sakti ini belum dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Masyarakat luas pun belum tersosialisasi dengan baik manfaat dan cara penggunaan ketiga kartu sakti tersebut.

LSI Denny JA menilai, Jokowi terancam menjadi presiden terlemah dalam sejarah Indonesia. Ada 3 alasan yang mendasari penilaian ini;
·         Pertama
Jokowi dan koalisinya tidak mengontrol parlemen. Sampai saat ini parlemen masih dikuasai oleh Koalisi Merah Putih (KMP) karena gabungan partai-partai yang tergabung dalam KMP menguasai kursi mayoritas. Bahkan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) telah mengalami 5 kali kekalahan dalam voting di parlemen.
Hal ini berbeda dengan dua kali pemerintahan SBY sebelumnya dimana partai koalisi pemerintah pun menguasai mayoritas di parlemen. Meski menguasai parlemen, tak semua kebijakan SBY berjalan mulus, karena seringkali harus menghadapi tantangan dari DPR. Bahkan penantangan tersebut datang dari partai-partai yang berkoalisi dengan SBY di pemerintahan. Bisa dibayangkan bahwa pemerintahan Jokowi akan menghadapi dinamika di parlemen yang lebih rumit dibandingkan SBY karena tak mayoritas di DPR.
·         Kedua
Jokowi tidak mengontrol satu pun partai politik. Dalam sejarah politik Indonesia, presiden selalu memiliki satu partai politik yang bisa dikontrol langsung. Jokowi tak punya partai politik yang menempatkan dirinya sebagai figur sentral. Meski dicalonkan oleh PDIP, namun Jokowi tak bisa mengontrol PDIP karena masih kuatnya pengaruh Megawati dalam partai.
·         Ketiga
Jokowi potensial ditinggal pendukungnya karena kekecewaan publik terhadap Jokowi yang telah menaikan harga BBM. Dengan menaikan harga BBM, kepuasaan publik terhadap kepemimpinan Jokowi merosot dibawah 50%. Padahal Jokowi sangat membutuhkan dukungan publik ditengah ketidakberdayaan dirinya dan koalisi pendukungnya menguasai parlemen.
Naiknya harga BBM berdampak pada turunnya pamor kepemimpinan Jokowi. Jokowi harus bertindak cepat untuk mengerem laju turunya pamor kepemimpinannya.  Jokowi sangat membutuhkan dukungan publik di tengah ketidakberdayaanya  menguasai parlemen dan menjadi komando tertinggi dalam koalisi pemerintahan. Pamor kepemimpinan Jokowi akan semakin merosot jika tak ada gebrakan baru dari Jokowi.
Akhirnya masyarakat menunggu gebrakan program yang bisa dirasakan langsung manfaatnya. Hanya gebrakan program yang luar biasa yang membuat Jokowi dapat populer kembali.
2).    Meluncurkan Kartu Sakti
Jokowi memulai masa kepresidenannya dengan meluncurkan Kartu Sakti yaitu Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), dan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS). Akan tetapi pada realisasinya masih banyak kekurangan seperti masih belum pastinya penerima karna data yang digunakan adalah data lama, kesimpangsiuran sumber pembiayaan, kurangnya sosialisasi sehingga masih banyak masyarakat yang bingung tentang ketiga kartu tersebut. Upaya ini bahkan oleh partai oposisi dianggap untuk meredam sementara kenaikan harga BBM. Jokowi dikritik karena meluncurkan program yang tidak memiliki payung hukum dan melanggar tertib anggaran, namun hal ini dibantah oleh Jusuf Kalla, dengan argumen bahwa program kartu tersebut sebenarnya kelanjutan dari program yang sudah ada sehingga anggarannya pun mengikuti program tersebut.
Menurut penulis untuk kedepannya lebih baik membuat satu kartu yang terintegrasi sehingga tidak terlalu membebani anggaran dalam pencetakan kartu.

6.      Kontroversi
Di sini penulis ingin memberikan gambaran tentang beberapa kontroversi kebijakan jokowi pada saat di masih memimpin solo dan Jakarta. Menurut mantan tim sukses, Jokowi diduga terlibat dalam kasus busway berkarat, dan bahkan keluarga Jokowi dituduh menerima aliran dana busway berkarat; namun, Jokowi membantah hal tersebut, dan Jaksa Agung Basrief Arief menegaskan bahwa kasus ini "belum atau boleh dikatakan tidak menyangkut kepada Jokowi". Jokowi juga dikritik karena tidak mematuhi janjinya untuk menyelesaikan masa jabatannya sebagai gubernur Jakarta, walaupun Jokowi sendiri menyatakan bahwa bila ia menjadi presiden, akan lebih mudah mengurus Jakarta karena memiliki wewenang terhadap proyek pemerintah pusat di ibukota.
Ada anggapan bahwa Jokowi termasuk gagal mengatasi banjir dan macet. Anggapan bahwa Jokowi gagal dalam mengatasi banjir dan macet di Jakarta membuat popularitasnya menurun. Data dari BPS juga menunjukkan angka kemiskinan di Solo naik saat Jokowi menjadi walikota Solo. Melesatnya popularitas Jokowi juga dikritik sebagai pengaruh media yang kerap menonjolkan kebaikan Jokowi sementara kelemahannya ditutupi. Selain itu, Jokowi didapati menaiki pesawat jet pribadi untuk berkampanye dari Banjarmasin ke Kota Malang, yang dianggap bertentangan dengan gaya hidup sederhana. Sementara itu, Guru Besar Ekonomi Universitas Indonesia Taufik Bahauddin mengkhawatirkan kontroversi yang terjadi pada pemerintahan Megawati seperti skandal BLBI, penjualan BUMN, penjualan kapal tanker VLCC Pertamina dan penjualan gas murah ke China akan terulang pada pemerintahan Jokowi. Kemunculan nama Jokowi pada soal Ujian Nasional dan kedatangan Jokowi di kampus ITB juga menuai kontroversi karena dinilai sebagai tindakan politisasi.

7.      Opini dan Saran Penulis
Kepemimpinan atau pemimpin adalah orang yang hebat, manajer yang hebat karna dia lah pusat organisasi dia lah yang menjadi sosok, menjadi penggerak, menjadi motor, menjadi kekuatan. Maka dari itu Indonesia harus bisa bangkit, harus bisa lebih baik, harus bisa lebih damai dan seterusnya. Bapak Jokowi sudah di berikan amanat oleh rakyat Indonesia, sebagai seorang yang lahir dari rakyat maka rakyat berharap cita-cita dan harapan mereka bisa tecapai dengan kepemimpinannya. Menurut penulis beliau adalah sosok yang cukup berpengaruh bukan berarti karna banyaknya pencitraan yang beliau lakukan sehingga dikataka berpengaruh akan tetapi sebagai pemimpin dia adalah orang yang bekerja keras, bukan berarti pemimpin lain tidak bekerja keras penulis yakin masih banyak pemimpin-pemimpin di Indonesia yang lebih baik dengan idealisme mereka. Akan tetapi beliau juga adalah sosok yang tangguh dan kuat, memang berat untuk menjadi seorang pemimpin terlebih lagi pemimpin negara. Dia harus bisa mempersatukan banyaknya karakter masyarakat belum lagi pendapat dan persepsi setiap orang yang berbeda-beda, dia harus bisa menjadi kuat untuk melindungi negaranya dari kebijakan dan penjajahan terselubung dari negara asing.
Setiap kebijakan dan keputusan yang beliau ambil selalu beresiko akan tetapi dia harus menjadi lebih cerdas, dia harus bisa mengambil keputusan yang minim resiko akan tetapi bisa memberikan hasil jangka panjang.
Menurut penulis pemimpin tidak lah selalu benar tidak lah selalu lurus, maka dari itu anggota/masyarakat disitu berperan untuk mengingatkan pemimpin, terus mendukung, memberikan saran, memberikan kritikan yang membangun, memberikan semangat, ikut berperan dan membantu membangun bangsa dan negara, seperti sebuah sapu lidi jika hanya satu maka tidak akan bisa bersih akan tetapi jika banyak lidi disatukan maka akan bersih. Begitu pula Indonesia, mungkin banyak yang mengenal konsep organisasi dan konsep kepemimpinan akan tetapi mereka kurang merealisasikannya sehingga ilmu yang didapat hanya sia-sia semata, sampai saat ini menurut penulis Indonesia belum bisa menjadi negara yang damai dan maju bukan hanya karna hanya salah pemimpin dan wakil rakyat serta para koruptor akan tetapi masih kurangnya partisipasi masyarakat untuk ikut membantu membangun bangsa, banyak pakar mengeluarkan opini yang menyesatkan masyarakat awam, banyak masyarakat yang masih senang mencaci dan memberikan kritik rasis dan benada menjatuhkan kepada orang lain yang belum tentu benar (seperti memfitnah sodara sediri), masih banyak anak muda yang suka tauran, meminum minuman keras, narkoba, ngetrek dan kegiatan tidak penting lainnya. Bahkan guru yang di suruh untuk mendidik dan membangun karakter bangsa masih di banyar kecil sedang kan artis yang malahan menjatuhkan karakter bangsa di banyar mahal.
Jokowi adalah presiden kita saat ini meski sebagian masyarakat masih ada yang pro dan kontra terhadap kepemimpinan dan kebijakan beliau akan tetapi tetap saja dia adalah pemimpin Indonesia, kita sebagai masyarakat harus lah mendukung dan membantu membangun bangsa, bukan malahnya berburuk sangka atau mencoba mejatuhkan disini penulis tidaklah pro dan tidaklah kontra akan tetapi disini penulis mencoba untuk menjadi pihak yang netral. Indonesia ini ibaratkan sebuah rumah yang dibangun membutuhkan pondasi yang kuat, tiang yang kokoh, tembok yang kuat sehingga bisa melindungi orang-orang didalamnya. Banyak negara asing yang siap menjatuhkan Indonesia dan siap merampasnya, karna masyarakatnya saja sudah tidak peduli lagi pada bangsanya, Indonesia negara yang dibangun dengan penuh perjuangan oleh para pahlawan terdahlu yang rela berkorban nyawa hanya demi memerdekakan Indonesia, sedangkan penerusnya sekarang hanya bisa korupsi, berburuk sangka, memfitnah hanya demi kedudukan, mencuri, dan bahkan konflik antar sodara, berpolitik asal-asalan, saling menjatuhkan dst. Penulis berharap Indonesia bisa lebih baik siapa pun pemimpinnya, akan tetapi partisipasi masyarakat juga diperlukan untuk bisa membangun Indonesia Hebat, mari kita realisasikan pancasila ke-3 yaitu Persatuan Indonesia dan hindari konflik antar sodara setanah air. Mari kita wujudkan cita-cita bangsa. Sekian dan terimakasih J



Referensi :
Denny JA (Lingkaran Survei Indonesia)  Jumat, 21 November 2014 http://lsi.co.id/lsi/2014/11/21/jokowi-pasca-naiknya-bbm/

Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan artikel ilmiah ini, semoga bisa bermanfaat dan berguna untuk menjadi sumber bacaan yang dapat membantu membangun Indonesia yang lebih baik. J

                                                                                      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar